BERITAMALUKU.COM, SBB – Warga keluhkan soal seringnya terjadi pemadaman listrik pada Perusahaan Listrik Negara (PLN) Rayon Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, belakangan ini.
Meskipun hal tersebut bukan saja baru terjadi, namun sudah cukup lama, sehingga membuat masyarakat mulai resah akibat tidak normalnya aliran listrik.
“Kami merasa kesal terhadap unit PLN Rayo Piru, karena di saat mejelang malam hari listrik selalu padam,” ucap salah satu warga SBB yang enggan sebutkan namanya kepada wartawan dengan nada marah, Senin (30/10/2023).
Ia menyebutkan, beberapa pekan terakhir ini listrik sering padam jelang waktu magrib entah apa masalahnya, karena tidak ada pemberitahuan.
“Kami masyarakat merasa rugi, padahal setiap waktu pembayaran listrik kita selalu membayar tepat waktu, namun listrik tidak normal. Tak hanya itu, ada sebagian peralatan terbakar akibat korsleting listrik, yang disebabkan oleh aliran listrik tidak stabil,” ungkapnya.
Warga berharap, aliran listrik di Kabupaten berjuluk Saka Mese Nusa secepatnya bisa normal. Supaya daerah lain tidak memandang SBB sebagai Kabupaten yang tertinggal.
“SBB ini bukan daerah yang tertinggal, tapi dengan kondisi seperti ini, khususnya terkait aliran listrik yang belum terlalu normal, maka SBB bisa dikategorikan daerah tertinggal, sebab listrik yang saat ini sudah menjadi satu kebutuhan masyarakat tapi belum merasakan manfaatnya dengan baik, untuk itu kita berharap Pemkab SBB dapat melihat kondisi saat ini, supaya aliran listrik di SBB bisa normal seperti daerah-daerah atau Kabupaten lain,” harapnya.
Kemudian, dengan seringnya terjadi pemadaman listrik di SBB ini dapat dikatakan tidak mengikuti kebijakan Pemerintah Pusat (Pempus) lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait Program Indonesia Terang (PIT), dalam rangka memenuhi target peningkatan rasio elektrifikasi nasional dari 85 persen pada Tahun 2015 menjadi 97 persen di Tahun 2019.
Karena PIT juga menjadi bagian dari target pemerintah menyediakan akses penerangan bagi masyarakat Indonesia secara merata melalui pembangunan pembangkit 35.000 MW.
Comment