BERITAMALUKU.COM – Diduga hak Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) para, dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Namlea, Kabupaten Buru, Maluku, belum dibayarkan selama 11 bulan, sejak Tahun 2022 sampai 2023.
Alhasil, para dokter di RSUD Namlea mogok kerja dan tak melakukan tugasnya untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Sehingga, banyak pasien memilih untuk dirujuk ke kota Ambon, agar mendapat pengobatan secara medis.
Namun, naasnya pasien yang dirujuk ke kota Ambon nyawanya tak tertolong, dan meninggal dunia.
Seperti yang terjadi pada, Sabtu (1/7/2023) pukul 20:25 WIT, salah satu pasien rujukan meninggal dunia di dalam ferry KMP. Wayangan.
Meninggalnya pasien tersebut diduga tidak diberikan pelayanan kesehatan dengan baik oleh pihak RSUD Namlea.
“Tadi ada pasien rujukan dri RSUD Namlea ke kota Ambon meninggal di dalam ferry KMP. Wayangan,” kata salah satu sumber terpercaya, kepada berita-maluku.com, Sabtu malam.
Dirinya mengungkapkan, pasien yang dirujuk ke kota Ambon itu tujuannya untuk operasi.
“Infonya mau operasi, tapi tidak ada dokter di rumah sakit Namlea, makanya langsung dirujuk, tapi baru sampai di dalam ferry langsung meninggal, dan langsung dibawa balik ke kampung oleh pihak keluarga,” ungkapnya.
Diketahui, RSUD Namlea sudah banyak mengalami masalah, baik dari sisi pelayanan, kekurangan obat, kekurangan kantung darah, oksigen dan lainnya.
Selaku Direktur RSUD Namlea, dr. Helmy Koharjaya hingga saat ini masih bungkam soal masalah yang terjadi di rumah sakit tersebut.
Dirinya terkesan menghidar dari wartawan maupun publik, ketika ingin dimintai keterangan, dr. Helmi sengaja menonaktifkan telepon, whatsapp dan lainnya, sehingga tak bisa dihubungi.(*)
Comment