BERITAMALUKU.COM, Namlea – Saat ini cuaca ekstrim tengah melanda perairan Maluku. Mengantisipasi adanya hal-hal yang terjadi saat pelayaran, untuk itu UPP Kelas II Namlea (Syahbandar Namlea) terus malakukan pengawasan.
Plt UPP Kelas II Namlea, Abdul Rauf Tuanany mengatakan, saat ini pihaknya telah meningkatkan frekuensi pemeriksaan kelayakan kapal di Pelabuhan Namlea, yang menghubungkan Pulau Ambon dengan Kabupaten Buru, tidak ditentukan secara spesifik dalam dokumen yang tersedia.
Namun, berdasarkan praktik umum di pelabuhan-pelabuhan Indonesia, pemeriksaan kelayakan kapal
biasanya dilakukan secara berkala dan rutin, terutama menjelang musim puncak pelayaran atau saat terjadi cuaca ekstrem.
“Pemeriksaan ini meliputi aspek teknis kapal, kelengkapan alat keselamatan, serta kapasitas angkut untuk memastikan keselamatan penumpang dan barang,” kata Tuanany kepada wartawan, Kamis (22/5/2025).

Selain itu, jelas Tuanany, koordinasi dengan otoritas pelabuhan dan kesiapan petugas lapangan di Namlea juga menjadi faktor pentingĀ dalam menjaga standar keselamatan pelayaran.
Kemudian, petugas bertanggungjawab memastikan ketersediaan jaket pelampung di setiap kapal dengan melakukan pemeriksaan langsung sebelum kapal berangkat, di mana mereka mengecek jumlah dan kondisi jaket pelampung sesuai dengan kapasitas penumpang yang diizinkan. Petugas juga memastikan jaket pelampung mudah diakses dan dalam keadaan layak pakai tanpa kerusakan.
“Jadi pengawasan ini rutin dilakukan sebagai bagian dari protokol keselamatan pelayaran untuk menjamin kesiapan kapal menghadapi situasi darurat, sehingga keselamatan penumpang tetap terjaga selama perjalanan,” ujarnya.
Disingging mengenai tantangan utama dalam pengendalian kapasitas penumpang di Namlea, Tuannay menyebutkan, tantangan utama dalam pengendalian kapasitas penumpang di Namlea adalah keterbatasan
infrastruktur pelabuhan yang kurang memadai, seperti dermaga yang sempit dan rentan terhadap gelombang tinggi, sehingga mempersulit proses boarding dan pengaturan penumpang secara efisien.
Seerta, kurangnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap pentingnya batas kapasitas juga menjadi hambatan, ditambah dengan akses informasi cuaca dan regulasi yang terbatas, yang dapat menyebabkan overloading.
“Harus ada koordinasi yang baik antara petugas pelabuhan dan operator kapal serta sosialisasi yang intensif agar keselamatan penumpang tetap terjaga. Kita harus memberikan informasi terkait kondisi cuaca melalui berbagai media yang dijangkau masyarakat. Itu dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya.(*)